Terlahir
dari keluarga sederhana yang agamis dengan bingkai kemandirian yang
diterapkan orang tuanya sejak usia dini, berbuah manis. Kini, setelah
malang melintang ditubuh berbagai organisasi, baik kepemudaan, ormas dan
partai politik, pemuda sederhana asal Kecamatan Sungai Apit berwasta
Zulfi Mursal SH ini, duduk di kursi tertinggi pada ranah Legislatif
Siak.
Tanggal 15 Juni 2011,
adalah hari bersejarah bagi bapak berputra dua dan satu putri yang biasa
disapa Zulfi ini, pasalnya pada tanggal tersebut, dirinya resmi
dilantik sebagai ketua DPRD Siak menggantikan ketua DPRD lama mendiang
H.Chairuddin Yunus. Sakralitas prosesi pelantikan dalam Rapat Paripurna
Istimewa di Ruang sidang utama gedung Panglima Ghimbam dan dihadiri
hampir 5000 undangan, seolah mengukuhkan sebuah pengakuan akan
integritasnya selaku politisi muda yang cemerlang.
Mengingat masa kecilnya
yang penuh keprihatinan dengan segala keterbatasan materi keluarganya,
membuat politisi PAN kelahiran 1973 ini tidak berhenti bersyukur atas
segala yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadanya. Dia sadar, apa
yang dialaminya dimasa lalu, adalah jembatan dariNya yang harus dititi
nya sebelum mencapai pulau harapan. "Jangan pernah salah sangka
terhadap apa yang menimpa kita, karena kadang Allah SWT memberi sesuatu
untuk kebaikan kita melalui hal hal yang kita anggap tidak baik.
Intinya, jangan Suudzon pada Allah, Dia lebih tahu apa yang terbaik
buat umatnya," tuturnya saat dijumpai wartawan, kemarin di Siak.
Mantan guru dan kepala sekolah Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA)
Muhammadiyah Sungai Apit ini, mengaku akan berupaya sebaik mungkin demi
kemaslahatan masyarakat Siak. "Jabatan adalah amanah, tentu harus
berupaya sekuat tenaga untuk mewujudkan harapan masyarakat demi Siak
kedepan. Dukungan dari masyarakat juga sangat menentukan karena selaku
wakil rakyat harus pula berorientasi pada kepentingan rakyat,"
terusnya.
Suami Syafni Yanti yang
diwaktu kecilnya sempat berjualan buah sebelum dan setelah pulang
sekolah ini, sangat berterimakasih atas didikan ayah bundanya. Karena
menurutnya, dengan kemandirian yang ditanamkan sejak kecil, telah
membentuknya menjadi insan yang bisa mandiri, terbukti, hingga gelar
Sarjana Hukum diraihnya, dirinya tidak melulu mengandalkan orang tua.
"Sewaktu SD, saya membantu
orang tua dengan berjualan buah. Buahnya, bukanlah dapat membeli, tapi
hanya bergantung pada tanaman yang ditanam ayah dikebun, atau
menjualkan punya tetangga, jadi tidak tentu dan sangat tergantung
musim, musim rambutan saya jual rambutan, musim durian ya jual durian,
kadang nangka belakang rumah pun saya jual berkeliling dengan mengayuh
sepeda ontel," ungkapnya mengenang masa sulitnya dahulu.
Pengalaman jadi pedagang
musiman dilakoninya hingga tamat SD. Yang lebih terenyuh,kala memasuki
tingkat MTs. lagi-lagi demi meringankan beban orang tua dan study nya,
Zulfi kecil mesti melakoni pekerjaan "nyupir" alias "nyuci piring" di
kedai lontong orang setiap pagi hingga siang, kebetulan Sekolahnya
masuk sore. Setelah ditingkat MA, barulah dirinya banting setir menjadi
guru les/prifat ngaji dari satu keluarga ke keluarga lain. "Intinya,
asal halal, apapun saya lakukan demi membantu orang tua dan kelanjutan
study," terus sekretaris DPD KNPI Siak yang pernah terdampar di Jakarta
beberapa lama akibat tak punya ongkos pulang setelah nekad ikut tes di
UGM Jogja tapi gagal.
Awan kelabu telah berlalu,
kini langit benderang serta jalan lapang membentang. Walau untuk semua
itu, jejak-jejak kakinya mesti menapaki berbagai organisasi, bertungkul
lumus dalam partai politik dengan segala suka dukanya.
Berakhirkah perjuangannya
?, "Tidak ! anggaplah ini merupakan puncak karir, namun bukan titik
akhir perjuangan. Bahkan inilah genderang yang harus selalu saya
dengungkan ketika aspirasi masyarakat terabaikan, ketika hak masyarakat
terpinggirkan," tegas Zulfi.
sumber : www.zulfimursal.com